Al-Kindi, Abu Yusuf Ya‘qub Ibn Ishaq, Jembatan Filsafat Yunani ke Muslim

[caption id="attachment_261" align="alignleft" width="450"]Repro Al Kindi Repro Al Kindi[/caption]

Ia kini tak lagi dikenal di dunia barat, meskipun selayaknya al-Kindi mempunyai satu tempat terhormat di dunia Islam sebagai ahli filsafat Arab ia dipandang sebagai jembatan antara filsafat Islam dan filsafat Yunani. Tokoh brilian abad dari kesembilan yang terkenal dari Abbasiyah sampai Baghdad ini membuat literatur semua hal, ia menjadi guru privat putra khalifah. Ia sangat memahami ahli filsafat Yunani, terutama Aristotle, bahkan terjemahan buku-buku Aristotle meskipun ia tidak membuat terjemahan-terjemahan, tetapi ia mengoreksi terjemahan-terjemahan itu.


Al-Kindi sangat maju pemahamannya pada istilah filsafat dan mengembangkan kosa kata pemikiran filsafat di Arab, walaupun gagasan-gagasannya digantikan oleh Ibn Sina di abad ke sebelas. Debat persoalan filsafat kaum Islam Suni juga dimulai sejak al-Kindi, pertarungan itu umumnya dianggap telah dimenangkan agama oleh al-Ghazali. Seperti pembaharu-pembaharu lain, gagasan-gagasannya boleh jadi tidak lagi nampak revolusioner, tetapi saat itu, untuk mendorong supremasi alasan dan pentingnya a‘ ilmu pengetahuan asing' -filsafat- sebagai lawan ‘ilmu pengetahuan Arab' (tatabahasa, studi-studi Qur'an)-adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Ketika Khalifah al-Mutawwakil datang untuk memperbaiki kembali akar traditionalisme, al-Kindi menderita satu kekalahan.

 

Logika dan terjemahan

Abu Yusuf Ya‘qub ibn Ishaq al-Kindi adalah orang suku Arab (yang meninggal di Baghdad antara AH 252–60/AD 866–73), dengan garis keturunan termasyhur yang kembali sampai keluarga-keluarga Arab dekat-sufi seperti Qays. Al-Kindi dikenal sebagai ahli filsafat Arab berbeda dengan ahli filsafat Islam kemudiannya yang, meskipun Muslim, bukan orang Arab dan sering juga Arab yang dipelajari sebagai bahasa kedua. Bio-bibliographinya memberi jalur keluarganya, banyak yang sudah tidak ada, tetapi tidak dikenal sisa hidup pribadinya. Walaupun ia terkenal karena diingat sebagai filsafat perdamaian Abbasiyah, ketrampilannya mencakup banyak bidang termasuk pengobatan, matematika, musik, ilmu optik dan astrologi. Al-Qifti, salah satu bio-bibliographers Islam pertengahan dengan tajam menyatakan bahwa al-Kindi trampil di seni Yunani, Persia dan Hindus.

 

Al-Kindi menerjemahkan buku-buku filosof Yunani ke dalam Bahasa Arab secara besar-besaran, yang membuka peluang dia untuk menambahkan tradisi Hellenistic. Untuk programnya itu ia mendirikan Bayt al-hikma (rumah kebijaksanaan),  abad kesembilan. Penerjemahan itu awalnya bermaksud agar tersedia ilmu pengetahuan asing bagi bangsa Arab dan agar sarjana-sarjana yang serius tertarik akan isi pengetahuan. Al-Kindi adakalanya menambah (di catatan judul) dengan mengoreksi terjemahan, tetapi umumnya disepakati bahwa ia tidak membaca Yunani saja. Penggalian ilmu pengetahuan asing juga secara politis bisa diterima pada saat yang genting ini.

Studi istilahnya menunjukkan bahwa al-Kindi menyadari terminologi tertentu yang digunakan di filsafat Hellenistic, dan kata Arab terbaik yang menyatakan gagasan yang sama. Al-Kindi juga berperan sebagai pengatur langkah untuk filsafat di dunia Islam, mempersiapkan istilah sebagai terminologi dan mengalihkan perhatian-perhatian metafisis yang diusulkan oleh mutakallimun (ahli ilmu agama) dari dunia agama untuk  filsafat. Ketiadaan minatnya akan argumentasi religius dapat dilihat di topik-topik yang ditulisnya. Topik-topik ini adalah ontological, tetapi ia secara umum menahan diri dari eschatologi perdebatan dalam topik-topik seperti kebangkitan, hari akhir dan kiamat. Bahkan di risalah etisnya ia berhadapan dengan hidup yang tertib di mana seseorang mungkin menemukan ketenangan batin hidup mereka, dibanding satu penekanan pada penghargaan di alam selanjutnya. Sarjana-sarjana juga mengingat al-Kindi sebagai pengikut Mu‘tazilah, tetapi ini belum terbukti; ia agak lama hidup bersama-sama dengan kelompok kaum Islam Sunni. pekerjaan Al-Kindi di di antaranya adalah Fi Hudud al-Ashya' Wa-Rusumiha (Definisi-definisi Berbagai hal dan Uraian-Uraiannya). Melalui terminologi yang ia pilih untuk menggambarkan finitude (ciptaan, penyebab pertama)  kita dapat melihat dimana filsafat Islam menyimpang dari pendahulu-pendahulu Yunani. Di abad ke sebelas Kitab al-Hudud (Buku dari Definisi-definisi) Ibn Sina menggantikan al-Kindi, hal ini sangat dikedepankan, baik definisi-definisinya dari organisasi dunia ke suatu bagan ontologi yang ringkas.

 

Metafisika

Risalah Al-Kindi terbaik yang dikenal adalah studi metafisis, Fi al-Falsafa al-Ula ( Pada Filsafat Pertama). Pengaruh Aristotelian dapat diihat di dalam unsur-unsur tertentu, seperti empat penyebab. Tetapi searistotelian apapun ia, tetap ada batasnya. Titik penyimpangan dicapai atas pertanyaan asal dunia. Aristotle mengajar keabadian dunia; Al-Kindi mengemukakan ciptaan bekas nihilo (eks nihilo). Ahli filsafat kemudiannya, seperti al-Farabi, pada umumnya, mempertimbangkan untuk memahami Aristotle dengan teliti; mereka mendapatkan literatur dari terjemahan yang lebih baik. Dalam Fi al-Falsafa al-Ula, al-Kindi menguraikan filsafat pertama, yang mana juga filsafat yang paling paling tinggi dan mulia, sebagai pengetahuan kebenaran yang pertama, mencakup penyebab tiap-tiap kebenaran (penyebab yang pertama). Penyebab pertama lebih dulu daaripada waktunya sebab ia adalah penyebab waktu.

Dengan studi filsafat, orang-orang akan belajar pengetahuan banyak hal pada reealitas, dan melalui  pengetahuan ketuhanan Tuhan ini satu dan tetap dalam kesatuannya. Mereka belajar juga kebaikan manusia. Dalam seluruh risalahnya, al-Kindi menekankan pentingnya akal (‘aql) dan membandingkannya dengan perihal. Ia juga mendiskusikan Satu Kebenaran, yang orang lain lain menyebutnya Tuhan, dan menyebut bahwa negara itu tidak mempunyai atribut manapun, karakteristik atau sebutan.
Share on Google Plus

About bahrun ali murtopo

1 komentar: