Tonggak Ilmu Pengetahuan, Dari Muslim Untuk Dunia, yang Dilalaikan

Sarjana-sarjana dan para ilmuwan islam berperan sekali dalam pengetahuan manusia pada periode abad ke 8 sampai 14. Kontribusi-kontribusi mereka sebagian besar kini diabaikan, dilupakan dan tak diakui. Tulisan ini mengungkap orang-orang paling berbakat dalam sejarah kontribusi pengetahuan yang sampai hari ini masih meninggalkan tanda-tanda kekal daam catatan kejadian ilmu pengetahuan, ilmu perbintangan, pengobatan, perawatan, filsafat dan arsitektur.  Mereka-mereka itu adalah para tonggak tertinggi Ilmu Pengetahuan dalam sejarah Dunia, yang kini dilupakan, tidak diakui dan upaya untuk dihilangkan dalam buku-buku sejarah ilmu pengetahuan.

Jabir Ibn Haiyan meninggal 803, penemu al kimya (kimia), Mohammad Ali Musa al-Khawarizmi (penemu angka nol, operasi angka Arab dan trilogi matematika, logaritma, algoritma dan aritmatika) lahir 790 meninggal 840, Yaqub Ibn Ishaq al-Kindi 800 (ahli metafisika, dan filsafat), Thabit Ibn Qurra 836 (ahli matematika dan astronomi), Ali Ibn Rabban al-Tabari 838 (astronom, filosop, ahli matematika dan ahli literature), Abu Abdullah al-Battani 858 (astronom dan trigonometri), Al-Farghani (860, Mohammad Ibn Zakariya al-Razi 864, Abu al-Nasr al-Farabi 870, Abul Hasan Ali al-Masu'di meninggal 957, Abu al-Qasim al-Zahrawi 936, Abul Wafa Muhammad al-Buzjani 940, Abu Ali Hasan Ibn al-Haitham 965,  Abu al-Hasan al-Mawardi 972, Abu Raihan al-Biruni 973  Ibn Sina 980, Omar al-Khayyam 1044,  Abu Hamid al-Ghazali 1058, Abu Marwan Ibn Zuhr 1091, Al-Idrisi 1099, Ibn Rushd 1128, Ibn al-Baitar meninggal 1248, Nasir al-Din al-Tusi 1201, Jalal al-Din Rumi 1207, Ibn al-Nafis 1213, Ibn Khaldun 1332, El Zahrawi, Ibn Battuta dan tokoh lain yang tak kalah penting peranannya dalam membangun peradaban dunia.

Selama tahun 800-1400 muslim adalah pemegang otoritas ilmu pengetahuan di dunia, Bangsa Eropa yang terpecah-pecah dan terkungkung dalam doktrin kristen yang stagnan, dalam doktrin kristen tidak boleh ada sumber ilmu selain gereja. Begitu melihat perkembangan Islam yang sangat maju dalam ilmu pengetahuan pelan-pelan mereka menyadari pentingnya ilmu pengetahuan, mereka mengutus pemuda-pemuda kristen Eropa untuk belajar Bahasa Arab, dan mereka diperintahkan menerjemahkan karya-karya ilmuwan muslim ke dalam bahasa-bahasa Eropa. Eropa memiliki darah penguasa, Setelah kemajuan pesat dalam dunia ilmu pengetahuan di Eropa, mereka melakukan ekspansi militer dan menguasai lahan-lahan baru dari dunia Muslim, dunia muslim mulai mengalami kemunduran secara politik karena terpecah-belah, dengan kalahnya penguasa terakhir Islam yang memegang kendali politik hilang.

Bagi masyarakat Dunia Islam, abad ke-l0 dan 11 adalah masa pergolakan. Pecahnya negara persatuan Islam menyebabkan pecahnya hukum dan tatanan domestik. Rezim Buwaihiyah di Baghdad, dan Seljuq yang menggantikannya, mencoba melakukan perbaikan, tetapi sifatnya hanya lokal dan sementara. Dunia Islam sekarang menjadi sasaran penyerbuan tentara Kristen, dan suku-suku Barbar nomad pedalaman yang tidak serius memeluk Islam, perpustakaan-perpustakaan terbesar di dunia, yang terletak di Baghdad, Isfahan, Nisyapur dibakar dan dimusnahkan. Sebagian ditenggelamkan di sungai Tigris, dikabarkan air sungai berwarna hitam akibat tinta daari buku-buku yang ditulis oleh ilmuwan muslim yang tenggelam di sungai Tigris. Karya-karya besar ilmuwan muslim seperti kitab kedokteran, Kitab al-Shifa  karya Ibn Sina. Qanun fi-al Tibb, karya Ibn Rusyd Kitab Al Jabr Wal al Muqabilah karya Al Khawarizmi diambil dan dibawa ke Eropa untuk dipelajari, dan dikembangkan di perguruan Eropa. Universitas baru didirikan dengan kajian ilmu-ilmu temuan Muslim, buku-buku (kitab-kitab) ilmuwan muslim itu dipergunakan menjadi buku pegangan wajib  di universitas Eropa sampai menjelang abad ke 17.

Share on Google Plus

About bahrun ali murtopo